Minggu, 22 Juni 2014

MAKALAH KAJIAN IPS DI SD MENGKAJI MATERI IPS DI SD YANG BERHUBUNGAN DENGAN FAKTA, KONSEP, GENERALISASI, NILAI, SIKAP, DAN KETERAMPILAN IPS KELAS 6 (KENAMPAKAN ALAM DUNIA)



BAB I
PENDAHULUAN
A.      LatarBelakang
Mata PelajaranIlmuPengetahuanSosial (IPS) merupakankajianantardisiplin, IPS mengkajiseperangkatperistiwatentang fakta,konsep, generalisasi, nilai, sikap dan keterampilan IPS.Melaluimatapelajaran IPS, pesertadidikdiarahkanuntukdapatmenjadiwarga Negara Indonesia yang demokratis, danbertanggungjawab, sertawargadunia yang cintadamai.
Mata pelajaran IPS dirancanguntukmengembangkankemampuananakdidik agar menjadianggotamasyarakat yang memilikipengetahuan, pemahaman, dankemampuananalisisterhadapkondisisosialmasyarakatdalammemasukikehidupanbermasyarakat yang dinamis.Selainitujugadiharapkanmerekamemilikisikapdankaraktersebagaiwarganegara, danmemilikiketerampilanberpartisipasidalamkehidupanberbangsadanbernegara.
 
Mata pelajaran IPS disusunsecarasistematis, komprehensifdanterpadudalam proses pembelajaranmenujukedewasaandankeberhasilandalamkehidupan di masyarakat. Denganpendekatantersebutpesertadidikakanmemperolehpemahaman yang lebihluasdanmendalampadabidangilmu yang berkaitan.
B.       RumusanMasalah
1.      Analisis materi IPS yang termasuk fakta!
2.      Analisis materi IPS yang termasuk konsep!
3.      Analisis materi IPS yang termasuk generalisasi!
4.      Analisismateri IPS yang termasuk nilai!
5.      Analisismateri IPS yang termasuk sikap !
6.      Analisismateri IPS yang termasuk keterampilan IPS!
7.      Bagaimana hubungan antara fakta, konsep, generalisasi, nilai, sikap dan keterampilan IPS ?


C.Tujuan
1.      Mengetahui materi IPS yang termasuk fakta.
2.      Mengetahui materi IPS yang termasuk konsep.
3.      Mengetahui materi IPS yang termasuk generalisasi.
4.      Mengetahui materi IPS yang termasuk nilai.
5.      Mengetahui materi IPS yang termasuk sikap.
6.      Mengetahui materi IPS yang termasuk keterampilan IPS.
7.      Mengetahui hubungan antara fakta, konsep, generalisasi, nilai, sikap dan keterampilan IPS.















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Analisis Fakta
Secara harfiah kata fakta berarti sesuatu yang telah diketahui atau telah benar-benar terjadi. Bisa juga diartikan bahwa ini adalah sesuatu yang dipercaya atau apa yang benar merupakan kenyataan, realitas yang real, benar, dan juga merupakan kenyataan yang nyata. Didalam sains, fakta memiliki makna tersendiri. Fakta merupakan hasil observasi yang dibuktikan secara empiris karena itu sifat fakta bukan hasil perolehan secara acak, memiliki relevansi dan berkaitan dengan teori. Fakta dapat menyebabkan lahirnya teori baru. Fakta juga dapat merupakan alasan untuk menolak teori yang ada dan bahkan fakta dapat mendorong untuk memperpanjang rumusan teori yang telah ada.
Materi yang diajarkan dalam BAB delapan ini memaparkan tentang kenampakan alam dunia. Materi ini meliputi benua dan samudra beserta ciri-ciri khas beberapa negara besar di setiap benua. Cri-ciri tersebut meliputi kenampakan alam dan buatan yang terkenal di masing-masing benua. Setelah mempelajari pembelajaran ini diharapkan siswa mampu menunjukan nama dan letak benua, samudra dan ciri khas negara besar di dunia dengan menggunakan peta. Mendeskripsikan kenampakan alam dan buatan di dunia, dan menceritakan perkembangan negara-negara di setiap benua.
Dari materi Kenampakan Alam Dunia yang termasuk fakta adalah sebagai berikut :
1.    BENUA
a)      Benua Asia
1.         Total luas Benua Asia mencakup lebih kurang 44 juta km2.
2.         Benua Asia dikelompokan menjadi lima kawasan, yaitu Asia Barat, Asia Timur, Asia Tengah, Asia Selatan dan Asia Tenggara.
3.         Ciri kahas kenampakan alam wilayah Timur Tengah tanahnya gersang, kebanyakan berupa gurun pasir atau padang pasir, sangat panas (hingga 50° C).
4.         Bangunan abadi yang ada di wilayah Arab Saudi, yaitu Ka’bah di kota Mekkah.
5.         Di daratan Cina  hidup beruang terkenal disebut panda.
6.         Di daratan Cina juga terdapat bangunan buatan manusia yang sangat terkenal di dunia, yaitu Tembok Besar Cina.
7.         Indonesia termasuk kelompok negara ASEAN yang memiliki bangunan termahsyur yaitu Borobudur.
b)     Benua Eropa
1.      Luas Benua Eropa sekitar 10,9 juta kilometer persegi.
2.      Benua Eropa terbagi menjadi empat kawasan antara lain Eropa Barat, Eropa Utara, Eropa Selatan dan Eropa Timur.
3.      Bangunan buatan manusia yang terkenal di dunia adalah Menara Eiffel yang ada di kota Paris, Perancis.
4.      Di Eropa Selatan terdapat bangunan yang terkenal yaitu Istana Paus di Vatikan, Menara Pisa dan Colloseum di Italia.
c)      Benua Afrika
1.      Luas Benua Afrika sekitar 30,3 juta kilometer persegi.
2.      Benua Afrika terdiri dari lima kawasan antara lain Afrika Utara, Afrika Barat, Afrika Tengah, Afrika Selatan dan Afrika Timur.
3.      Bangunan buatan manusia yang paling terkenal di Afrika terdapat di Mesir yaitu Piramida dan Spinx.
4.      Mesir juga terdapat sungai yang terkenal yaitu Sungai Nil.
d)     Benua Amerika
1.         Luas Benua Amerika sekitar 42,1 juta kilometer persegi.
2.         Benua Amerika terdiri dari tiga kawasan yaitu Amerika Utara, Ameika Tengah dan Amerika Selatan.
3.         Negara yang paling maju di wilayah ini adalah Amerika Serikat (AS).
e)      Benua Australia
1.      Panjang dari barat ke timur Benua Australia sekitar 4000km, sedangkan jarak utara selatan 3900km.
2.      Luas benua Australia beserta beberapa pulau kecil sekitar 7,8 juta km persegi.
3.      Sekitar 60% lahan pertanian berupa ladang gandum, yaitu seluas 8 juta hektar dengan hanya berpenduduk 22 juta orang, maka kebutuhan gandum berlebihan.
2.    SAMUDRA
1)        Luas samudra mencakup 71% dari seluruh muka bumi.
2)        Kedalaman Samudra Hindia rata-rata 3963 meter.
3)        Juan Sebastian del Cano adalah orang pertama yang mengarungi Lautan Hindia pada tahun 1519.
4)        Samudra Atlantik kedalaman rata-ratanya 3926 meter.
5)        Orang pertama yang melakukan penyebrangan di Lautan Atlantik adalah Viking Leif Ericson.
6)        Kedalaman rata-rata Samudra Pasifik adalah 4282 meter.
7)        Pasifik diketemukan oleh Vasco Nunes de Bolboa pada tahun 153 melalui tanah genting Panama.
3.    IKLIM
1)      Daerah yang beriklim tropis terletak di daerah antara kurang lebih 23,5° LU hingga 23,5° LS.
2)      Daerah yang beriklim tropis, rata-rata jumlah curah hujan pertahun di atas 1500mm.
3)      Daerah yang beriklim subtropis terletak di daerah antara kurang lebih 23,5° LU hingga 66,5° LU atau 23,5° LS hingga 66,5° LS.
4)      Wilayah iklim dingin terbentang kurang lebih 66,5° LU atau 66,5° LS hingga ke kutub, baik kutub utara maupun kutub selatan.
4.    ZONA VEGETASI
1)   Vegetasi hujan tropis banyak tersebar di wilayah tropis sekitar 0° hingga 23,5° LU maupun 0° hingga 23,5° LS.
2)   Wilayah vegetasi sabana terletak antara 5° LU hingga 23,5° LU atau 5° LS hingga 23,5° LS.
3)   Wilayah vegetasi stepa terletak antara 23,5° LU hingga 60° LU atau 23,5° LS hingga 60° LS.
4)   Vegetasi gurun banyak tersebar di antara 15° LU hingga 33° LU serta antara 15° LS hingga 50° LS.
5)   Tundra banyak terdapat di wilayah lintang tinggi di antara 60° LU.

Pada pokok bahasan Benua Asia, Eropa, Afrika, Amerika, dan Australia.Peristiwa yang dikemukakan agar siswa lebih memahami misalnya tentang pertandingan sepak bola liga Champions atau Piala UFFA. Dengan peristiwa itu kita bisa menanyakan kepada siswa dimana pertandingan itu dilaksanakan dan untuk kejuaran apa.Adakalanya guru perlu mencari upaya untuk lebih menjelaskan pengertian fakta ini secara sederhana, misalnya dengan memberikan pertanyaan kepada siswa dengan bantuan peta dunia :
1.     Coba kamu hitung berapa jumlah benua yang ada di peta!
2.     Di benua manakah negara Indonesia ?
Jawaban-jawaban siswa itu merupakan fakta. Misalnya berikut ini:
1.     Jumlah benua ada 5.
2.     Negara Indonesia terletak di Benua Asia.
Anak-anak menyadari bahwa fakta itu amat banyak, tak terhitung jumlahnya. Ada fakta berupa data-data, misalnya keadaan iklim disuatu wilayah, ada fakta yang tampak sebagaimana keadaannya. Ada juga fakta sebagai hasil pengamatan secara lebih khusus, misalnya tentang luas batas wilayah.
Namun demikian, perlu disadari bahwa fakta bukan tujuan akhir dari pengajaran IPS. Pengetahuan yang hanya bertumpu kepada fakta akan sangat terbatas sebab:
1.     Kemampuan kita untuk mengingat sangat terbatas.
2.     Fakta itu bisa berubah pada suatu waktu, misalnya tentang perubahan iklim suatu kota, perubahan bentuk pemerintahan, dan sebagainya.
3.     Fakta hanya berkenaan dengan situasi khusus.
Fakta itulah yang akan memberikan raw material kepada konsep sebagai pilar-pilar kegiatan intelektual. Didalam kegiatan belajar-mengajar fakta harus dipetakkan dalam hubungan fungsional dengan konsep dan generalisasi dengan cara yang sistematis. Dengan pandangan yang seperti itu maka siswa akan mampu melihat hubungan diantara fenomena intelektual dan menggunakannya kedalam upaya meraih pengetahuan yang bermakna. Sehingga dapat dikatakan bahwa fakta merupakan pondasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Tugas guru, antara lain adalah membantu siswa membangun dan mengembangkan konsep dan generalisasi, oleh sebab itu kegiatan belajar-mengajar, guru dan siswa harus menggunakan serangkaian fakta ini sebagai dasar pembentukan konsep dan generalisasi. Oleh karena aktivitas pengajaran itu berlangsung  dalam rambu-rambu kurikulum maka pijakan utama dalam proses kegiatan belajar-mengajar yaitu kurikulum, dalam hal ini kurikulum SD 2006.
B.     Analisis Konsep
Konsep adalah suatu istilah, pengungkapan abstrak yang digunakan untuk tujuan mengklasifikasikan atau mengkategorikan suatu kelompok dari suatu benda, gagasan atau peristiwa. Misalnya, kita mengatakan binatang klasifikasi dari jenis-jenis makhluk yang disebutkan diatas. Jika kita menyebutkan kata “keluarga” maka kedalam konsep keluarga itu termasukbapak, ibu, anak-anak, saudara, dan sebagainya.
Untuk lebih menjelaskan pengertian tentang konsep, berikut ini dikemukakan beberapa sifatnya.
1.         Konsep itu bersifat abstrak. Ia merupakan gambaran mental tentang benda, peristiwa, atau kegiatan. Misalnya, kita mendengat kata “kelompok”, kita bisa membayangkan apa kelompok itu.
2.         Konsep itu merupakan “kumpulan” dari benda-benda yang memiliki karakteristik atau kualitas secara umum.
3.         Konsep itu bersifat personal, pemahaman orang tentang konsep “kelompok” misalnya mungkin berbeda dengan pemahaman orang lain.
4.         Konsep dipelajari melalui pengalaman dengan belajar.
5.         Konsep bukan persoalan arti kata, seperti didalam kamus. Kamus memiliki makna lain yang lebih luas.
Dalam konsep terdapat makna denotatif dan makna konotatif. Makna denotative berkenaan dengan arti kata, seperti pada kamus, misalnya arti kata Revolusi adalah perubahan cepat dalam hal prosedur, kebiasaan, lembaga, dan seterusnya. Revolusi juga mempunyai makna konotatif antara lain sebagai berikut:
1.      Makna revolusi merangkum makna denotative.
2.       Revolusi tidak sama dengan pemberontakan, melainkan kejadian yang penting yang telah direncanakan dan diatur secara sungguh-sungguh.
3.      Konsep revolusi ini mencakup kepemimpinan, baik oleh kelompok maupun perseorangan.
4.      Revolusi juga berarti menentang segala sesuatu, apakah itu orang atau lembaga, lebih jauh bukan hanya menentang tetapi juga melawan dengan kekuatan.
Inilah arti revolusi dalam pengertian konsep. Siswa harus memahami makna konsep ini. Dalam perkembangan lebih lanjut para siswa akan memiliki pemahaman yang benar tentang arti konsep dalam Revolusi Kemerdekaan Indonesia, Negara berkembang, pertumbuhan ekonomi republik, kabinet, dan seterusnya.
Jika mereka tidak memperoleh arti yang benar tentang makna yang terkandung didalam konsep-konsep tersebut, mereka akan memberi arti secara menggelikan. Contoh lain, misalnya konsep Perang Dingin,apakah itu perang didaerah kutub utara? (Womarck : 32).
Pengajaran konsep disekolah sesungguhnya dalam rangka memahami makna konotatif, karena itu pengajaran konsep harus:
1.     Diberikan dalam sesuatu konteks bukan diterangkan tanpa ada kaitan dengan sesuatu, seperti kita menjelaskan arti dari suatu istilah atau kata.
2.     Siswa harus diberi kesempatan untuk sampai kepada pengertiannya sendiri tentang sesuatu konsep, tentunya dengan bimbingan guru misalnya, guru menyuru mereka mendeskripsikan sendiri.
3.     Siswa harus membacanya sendiri, mendengarkan penjelasan, dan segera menuliskan makna konsep segera setelah diperkenalkan.
Membentuk konsep merupakan intelektual, dan itu tidak mudah. Namun demikian, perlu disadari bahwa sesungguhnya anak telah belajar konsep sejak belum masuk sekolah dengan tingkat perkembangan dan kemampuan berfikirnya.  Di sekolah mereka belajar konsep yang semakin abstrak sifatnya atau simbolis.
Telah dijelaskan diatas bahwa membentuk konsep pada diri anak tidaklah mudah hal itu disebabkan bahwa untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan kemampuan memilih kelompok yang diobservasi berdasarkan satu atau lebih karakteristik umum, agar dapat mengabstraksikan, dan membuat generalisasi. Dengan singkat dapat disimpulkan bahwa konseptualisasi adalah proses mengkategorikan, mengklasifikasikan dan memberi nama pada sekelompok objek.
C.    Analisis Generalisasi
Schuneke (1988:16) mengemukakan bahwa generalisasi merupakan abstraksi dan sangat terikat konsep. Cara paling mudah untuk memahami generalisasi dalam hubungannya dengan konsep adalah dengan cara menelusuri proses terbentuknya generalisasi.  Untuk itu dibutuhkan sedikitnya 2 konsep, bisa dari satu disiplin ilmu social atau dari disiplin ilmu yang berbeda.  Misalnya dari bidang keilmuan sosiologi saja atau paduan dari sosiologi dan sejarah, atau disiplin ilmu social lainnya. Misalnya, anggot ABRI mempunyai cara tersendiri dalam membangun hubungan interpersonalnya, khususnya dalam hubungan hierarkis menurut jenjang kepangkatan. Kelompok lain misalnya, pegawai negeri, karyawan, kehidupan disekolah, dan lain-lain, juga memiliki cata tersendiri yang mengatur hubungan interpersonalnya tersebut.
Generalisasinya, yaitu setiap grup memiliki sistem norma yang membimbing perilaku anggotanya. Contoh diatas menunjukkan terbentuknya generalisasi dari dua konsep dalam sosiologi, yaitu konsep grup (kelompok) dan konsep norma. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa generalisasi menunjukkan adanya hubungan diantara konsep dan berisi pernyataan yang bersifat umum, tidak terikat pada situasi khusus. Generalisasi dibentuk untuk membantu kita agar dapat memahami/mengerti tentang “dunia dimana kita hidup”. Secara singkat telah kita kemukakan pengertian fakta, konsep, dan generalisasi.
Perbandingan generalisasi dengan konsep, menurut Rochiati (2006:6)
Generalisasi
Konsep
Generalisasi adalah prinsip-prinsip atau rules (aturan) yang dinyatakan dalam kalimat sempurna.
Konsep bukan merupakan prinsip dan dinyatakan tidak di dalam kalimat yang sempurna.
Generalisasi memiliki dalil.
Konsep tidak memiliki dalil.
Generalisasi adalah objektif dan impersonal.
Konsep subjektif dan personal.
Generalisasi memiliki aplikasi universal.
Konsep terbatas pada orang tertentu.
Pengertian generalisasi dalam sejarah berbeda dengan generalisasi dalam disiplin ilmu sosial lainnya. Generalisasi dalam sejarah merupakan contradiction in terminis  karena sifatnya yang unik yang menunjukkan bahwa peristiwa sejarah itu tidak terulang lagi. Namun di dalam sejarah ada juga kemungkinan perulangan, dalam arti bahwa yang berulang itu adalah hal-hal yang berkaitan dengan pola perilaku manusia yang berorientasi nilai, sistem sosial, kebutuhan ekonomi, kecenderungan psikologis, dan selanjutnya, menurut Rochiati dalam Jarotimec (1986:29)
Rochiati dalam  Jarotimec (1986:29)mengungkapkan adanya empat jenis generalisasi yang diperlukan dalam kajian sejarah dalam IPS, yaitu:
1.     Generalisasi deskriptif.
Contoh: Pada umumnya pusat-pusat kerajaan terletak di tepi sungai.
1.     Generalisasi sebab akibat.
Contoh: Di dalam revolusi, apabila golongan ekstrem berhasil merebut kekuasaan maka akan berlangsung pementahan teror.
1.     Generalisasi acuan nilai.
Contoh: Raja adil raja disembah, raja lalim raja disanggah.
1.     Generalisasi prinsip universal.
Contoh: Kapasitas sebuah bangsa untuk memodelisasikan diri tergantung pada potensi sumber daya alamnya, kualitas manusianya dan orientasi nilai para pelaku sejarahnya.
Generalisasi sejarah dalam konteks IPS bukan untuk dihafalkan melainkan untuk dipahami dan diaplikasikan kepada situasi baru yang dihadapi. Untuk meningkatkan kemampuan uitu diperkenalkan gagasan-gagasan dan pemikiran-pemikiran yang sesuai dengan kemampuan berpikir siswa sehingga mereka dapat menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan sejarah.
Tugas guru mengembangkan pengertian konsep dan generalisasi ini dan bersamaan dengan itu juga mengembangkan kemampuannya untuk mengenal konsep-konsep esensial dan konsep-konsep lainnya dan juga untuk mengembangkan kemampuan merumuskan generalisasi sesuai dengan kemampuan berpikir siswa. Tugas guru di kelas untuk mengembangkannya dalam kegiatan belajar mengajar disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan serta kemampuannya. Guru-guru dituntut kreativitasnya dalam mencari dan mengolah sumber belajar agar kegiatan belajar mengajar yang dikelolanya berjalan lancar.
D.    Analisis Nilai
Setiapindividudapatdibedakanberdasarkankebangsaan, ras,etnik,  kelassosial,gender,agama,wilayahgeografisdankemampuanatauketidakmampuanmasing-masing. Keragamankarakteristikindividual,sebagiandenganmudahdapatdiidentifikasitetapisebagianlagisulitdiidentifikasitanpadukunganberbagaiinformasiyang terkaitmelaluiIPS. Salah satuinformasipentingyang harusdiketahuidalammemahamikeragamankarakteristikindividualpesertadidikadalahsistemnilai. Pemahamantentangsistemnilaiinipentingdiupayakankarenanilaiyangadadalamdiriindividupesertadidikyangmenjadistandardberperilaku.
Sistemnilaiitusendiripadaumumnyadiartikansebagaibudaya.Budayadariperspektifpsikologibudaya(culturalpsychology)dapatdipandangsebagaitatanonkehidupanbersamasebagaisuatusistemyang dapatmempolakanperilakuhidup.
E.     Analisis Sikap
MenurutBimoWalgito,sikapadalahkeadaanyangadapadadirimanusiayangmenggerakkanuntukbertindakdanmenyertaimanusiadenganperasaan- perasaantertentudalammenanggapiobjekdansemuaituterbentukataspengalaman(1983:52-55).SedangkanmenurutSitiPartiniSuardiman(1894:76), sikapmerupakankesiapanmeresponyangbersifatpositifataunegatifterhadapobjekatausituasisecarakonsisten.SelanjutnyaKoencaraningrat(1974), menjelaskanbahwasikapadalahsuatudisposisiataukeadaanmentaldidalamjiwadandiriseorangindividuuntukbereaksiterhadaplingkungannya(baikIingkunganmanusiaataulingkunganmasyarakatnya, baiklingkunganalamiahmaupunlingkunganfisiknya). Walaupunberadadidalamdiriindividu, sikapbiasanyajugadipengaruhiolehnilaibudayadanseringpula bersumberpadasistemnilaibudaya.
Daripengertian-pengertiandi atasdapatdisimpulkanbahwasikapadanyapadadiriseseorang, jadisikapbukanadapadaalampikiranorang sebagaianggotamasyarakat.Sikapmerupakanreaksiemosionalseseorangterhadaplingkungannya,baiksecarapositifmaupunnegatif,baikberkenaandengantujuanmaupunpenolakantentangkondisisosialyang  dialaminya. Walaupunsikapmentaliniadapadadiriseseorangtetapisangatdipengaruhiolehsistemnilai, pengalaman,danpendidikan.Olehkarenaitupendidikan,khususnyapengajaranIPS,dapatdigunakansebagaisaranauntukmembinasikapmentalanakdidik.

F.     Analisis Keterampilan IPS
Kehidupanmanusiadi permukaanbumitelahmenimbulkanbermacam-macammasalah.Masalah-masalahtersebutmeliputimasalahekonomi, budaya, politik, hukum,lingkungandanlainsebagainya.Masalah-masalahdi atasmenuntutperhatiandanpemikiranmanusiauntukmengatasinya.Selanjutnyadalamkegiatanpendidikanyaknimembinakonsepdanpengembangangeneralisasibagipesertadidikpun seringmengalamihambatankarenatidakmemilikikompetensiatauketerampilansepertiketerampilanberbahasa,keterampilanmenggunakanperbendaharaankata-kata yang berhubungandengananekaragamkonsepdisiplinilmusosial,  keterampilanmembaca, keterampilanmembacadanmenggunakanpetadanglobe,keterampilanmenggunakanalat-alatpelajarandansebagainya. Olehkarenaituuntukmengungkapkanpermasalahanyang pelikbaikpermasalahanumummanusiamaupunpermasalahanpendidikanpenerapanilmupengetahuansosialdenganpendekataninterdisiplinerdapatmembantuuntukmengungkapkansebabterjadinyamasalahdanmembantumemecahkanmasalah-masalahpendidikandiatasmelaluipenyusunanalternatifpemecahan.
Untukselanjutnya,kitaakanmelihatpenerapanketerampilandalamIPS dalamkehidupanbermasyarakatyang  dapatdibahasdaribeberapaaspek,  sepertiketerampilanmental,personal,sosial,motorikdanketerampilanintelektual
G.    Hubungan Antara Fakta, Konsep, Dan Generalisasi
Dari gambaran diatas jelas bahwa suatu peristiwa merupakan dasar darimana kegiatan belajar mengajar IPS dimulai. Guru dan siswa harus aktif menjemput peristiwa ini dan mengolahnya  menjadi content, isi bahan pengajaran.  Dalam proses pengolahan  menjadi bahan pengajaran  itulah berfungsinya fakta, konsep, dan generalisasi itulah guru dapat mengorganisasikan bahan pengajaran IPS. Jadi skenario dari alur pengembangan peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi, sesungguhnya sudah ditangan guru, dan dijadikan sebagai bahan dalam perencanaan kegiatan belajar mengajar dikelas. Contohnya sebagai berikut:
1.     Topik: Benua Afrika, Eropa, dan Amerika.
Peristiwa yang dikemukakan misalnya tentang pertandingan sepak bola liga Champions atau Piala UFFA. Dengan peristiwa itu kita bisa menanyakan kepada siswa dimana pertandingan itu dilaksanakan dan untuk kejuaran apa.
Fakta-fakta yang dikemukakan, antara lain sebagai berikut:
1.     Peta Benua Afrika, Eropa, dan Amerika.
2.     Letak beberapa negara di masing-masing benua.
3.     Pembagian regional tiap benua, yaitu Afrika Utara, Afrika Tengah, Afrika Selatan, Eropa Barat, Eropa Timur, Amerika Utara, Amerika Tengah,  dan Amerika Selatan.
4.     Gambar-gambar tentang kondisi negara, penduduk, mata pencaharian, dan lain-lain.
5.     Penampakan alam yang penting, yaitu gunung, sungai, gurun, danau, dan lain-lain.
Konsep-konsep yang dikemukakan seperti ini:
1.     Benua, interaksi spasial, persepsi lingkungan regional, kondisi geografis, lautan, daratan, sungai, danau, dan lain-lain.
Generalisasinya diantaranya sebagai berikut:
1.     Berbagai hubungan antara negara terjadi karena adanya hubungan dagang, pelayanan, dan gagasan-gagasan.
2.     Kondisi alamiah tertentu cenderung membuat kelompok tertentu cenderung membuat kelompok tertentu terisolasi sampai adanya pengembangan tekhnologi yang dapat memecahkan barrier itu.




BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Dari gambaran diatas jelas bahwa suatu peristiwa merupakan dasar darimana kegiatan belajar mengajar IPS dimulai. Guru dan siswa harus aktif menjemput peristiwa ini dan mengolahnya  menjadi content, isi bahan pengajaran.  Dalam proses pengolahan  menjadi bahan pengajaran  itulah berfungsinya fakta, konsep, generalisasi, nilai, sikap dan keterampilan IPS guru dapat mengorganisasikan bahan pengajaran IPS. Jadi skenario dari alur pengembangan peristiwa, fakta, konsep, generalisasi, nilai, sikap dan keterampilan IPS sesungguhnya sudah ditangan guru, dan dijadikan sebagai bahan dalam perencanaan kegiatan belajar mengajar dikelas.
B.     Saran
SebagaiguruIPS harusmemahamidanmengetahuidenganbenarfaktayang diajarkankepadapesertadidik, karenafaktamerupakandasaruntukpengajarankognitifdalamIPS.AdaduahalyangmempunyaihubunganeratdanharusdikembangkandarifaktadasarIPS yaknikonsepdangeneralisasi.Konsepdikembangkandarifaktayangdipelajari,sedangkangeneralisasidikembangkandarihubunganantarkonsepdalamsuatupolayangmempunyaiarti.
Selain itu salah satuinformasipentingyang harusdiketahuidalammemahamikeragamankarakteristikindividualpesertadidikadalahsistemnilai. Pemahamantentangsistemnilaiinipentingdiupayakankarenanilaiyangadadalamdiriindividupesertadidikyangmenjadistandardberperilaku.karenagurusebagaianggotamasyarakat.
Sehubungandenganitudalambahasanyang berhubungandenganpenerapanketerampilandalamilmupengetahuansosialdalamkehidupanmasyarakat perlu dipahami lebih mendalam.


DAFTAR PUSTAKA

Modul Kajian IPS
Sihono, Teguh. 2004. Bimbingan Pembelajaran Pengetahuan Sosial 6. Surakarta : MEDIATAMA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar