KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Ucapan
terima kasih tidak lupa penulis ucapkan kepada Ibu DR. Rosnita, M.Si selaku
dosen pengampu mata kuliah konsep dasar IPA II serta semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah tentang penerbangan antarksa ini.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi
kita sebagai calon pendidik di sekolah dasar. Penulis menyadari masih terdapat
banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun agar dalam pembuatan makalah ke depannya dapat lebih baik.
Pontianak, September 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR
ISI ..................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A.
LATAR BELAKANG .................................................................... 1
B.
RUMUSAN MASALAH ................................................................. 1
C.
TUJUAN .......................................................................................... 2
D.
MANFAAT ...................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN................................................................................... 3
A.
PENGERTIAN PENERBANGAN ANTARIKSA ..................... 3
B.
SEJARAH PENERBANGAN ANTARIKSA .............................. 3
C. PERKEMBANGAN PENERBANGAN
ANTARKSA DI INDONESIA 6
BAB
III PENUTUP .......................................................................................... 12
A. KESIMPULAN
.............................................................................. 12
B. SARAN
............................................................................................ 12
DAFTAR
PUSTAKA ...................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Penjelajahan angkasa adalah eksplorasi fisik dari benda di luar Bumi dan
biasanya menyangkut teknologi, ilmu pengetahuan, dan politik yang berhubungan
dengan luar angkasa. Salah satu yang paling terkenal dan aspek penting dari
penjelajahan angkasa adalah pendaratan manusia pertama di bulan dalam
perlombaan angkasa antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Ide mengirim objek ke angkasa terdapat di dalam pikiran dari banyak
penulis sains fiksi ratusan tahun sebelum hal itu menjadi kenyataan. Beberapa
karya ini juga menulis penggambaran bagaimana hal tersebut dapat dilakukan.
Pada abad 20, dengan pengembangan propulsi teknologi yang cukup, material yang
kuat dan ringan dan terobosan teknologi dan sains lainnya, ide misi luar-bumi
tidak lagi hanya sekedar impian tapi suatu kenyataan.
Sejak manusia modern muncul dalam sejarah, hingga abad-abad terakhir,
peradaban manusia masih "terikat" pada Bumi, belum mampu menjangkau
awan, apalagi ruang angkasa.
Barulah dalam seratus tahun terakhir penerbangan manusia dan pesawat
roket mampu mewujudkan semuanya. Dalam kurun waktu itu, umat manusia sudah
mampu mengirim orang ke bulan, menerbangkan robot penjelajah ke Mars, dan
mengutus wahana teleskop antariksa hingga ke tata surya dan membawa citra
semesta lebih dekat lagi ke mata kita.
B. RUMUSAN
MASALAH
Yang
menjadi rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah :
1.
Apa
pengertian penerbangan antariksa?
2.
Bagaimana
sejarah penernangan antariksa?
3.
Bagaimana
perkembaangan penerbangan antariksa di Indonesia?
C. TUJUAN
Dalam
penyusunan makalah ini, tujuan yang hendak dicapai adalah :
1.
Mengetahui pengertian penerbangan antariksa
2.
Mengetahui
sejarah penernangan antariksa
3.
Mengetahui perkembaangan penerbangan antariksa di
Indonesia
D. MANFAAT
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat
sebagai :
1.
Salah satu referensi untuk menambah
wawasan pembaca tentang
penerbangan antariksa
2.
Menumbuhkan motivasi untuk memajukan penerbangan antariksa di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Penerbangan Antariksa
Yang dimaksud dengan luar angkasa atau antariksa
merujuk ke bagian yang relatif kosong dari Jagad Raya, di luar atmosfer Bumi
yang bebas dari gravitasi Bumi. Istilah luar angkasa digunakan untuk
membedakannya dengan ruang udara dan lokasi "terrestrial".
Atmosfer Bumi terdiri dari lapisan yang secara
bertahap semakin menipis dengan naiknya ketinggian. Namun, tidak ada batasan yang jelas antara
atmosfer dan angkasa. Sehingga perlu dibuat suatu ketetapan pada ketinggian
tertentu yang dapat dikatakan memasuki wilayah angkasa luar. Dan ketinggian 100
kilometer atau 62 mil yang ditetapkan oleh Federation Aeronautique
Internationale merupakan definisi yang paling banyak diterima sebagai batasan
antara atmosfer dan angkasa.
Jadi, penerbangan antariksa adalah penerbangan yang
dilakukan hingga ketinggian 100 km atau lebih yang meliputi eksplorasi fisik dari benda di luar Bumi dan meliputi bidang teknologi, ilmu
pengetahuan, dan politik yang berhubungan dengan luar angkasa. Saat ini
penerbangan antariksa digunakan untuk menempatkan satelit di tempat yang
dikehendaki, mereparasi satelit, membawa satelit ke bumi atau stasion angkasa,
sebagai alat transportasi ke stasiun luar angkasa atau ke bulan, pendaratan
suatu planet, penjelajahan antarplanet maupun antargalaksi.
B. Sejarah
Penerbangan Antariksa
Sejak manusia modern muncul dalam sejarah, hingga
abad-abad terakhir, peradaban manusia masih "terikat" pada Bumi,
belum mampu menjangkau awan, apalagi ruang angkasa.
Barulah dalam seratus tahun terakhir penerbangan
manusia dan pesawat roket mampu mewujudkan semuanya. Dalam kurun waktu itu,
umat manusia sudah mampu mengirim orang ke bulan, menerbangkan robot penjelajah
ke Mars, dan mengutus wahana teleskop antariksa hingga ke tata surya dan
membawa citra semesta lebih dekat lagi ke mata kita.
Setelah menciptakan roket pendorong sesuai kebutuhan,
dimulailah percobaan-percobaan antariksa. Misalnya pesawat tanpa awak, pesawat
dengan penumpang hewan, dan setelah dirasa aman untuk makhluk hidup
digunakanlah pesawat berawak manusia.
1.
Awal
Penerbangan Luar Angkasa
a.
Sputnik
I buatan Uni Soviet yang dilucurkan pada tanggal 04 Oktober 1957 merupakan
satelit pertama dan mampu bertahan selama 3 bulan.
b.
Sputnik
II buatan Uni Soviet yang dilucurkan pada tanggal 03 November 1957 merupakan
satelit pertama berpenumpang makhluk hidup yaitu bernama Laika namun anjing ini
mati karena kehabisan oksigen diatmosfer.
c.
Explorer
I buatan Amerika Serikat yang dilucurkan pada tanggal 31 Januari 1958. Satelit
ini merupakan satelit pertama yang di pasang oleh Amerika Serikat. Satelit ini
berbentuk silinder dan mengorbit selama beberapa tahun.
d.
Sputnik
V buatan Uni Soviet yang dilucurkan pada tanggal 9 Agustus 1960. Penerbangan
ini membawa dua ekor anjing dan beberapa jenis tumbuhan dan mengorbit selama 1
hari dan selamat sampai ke bumi.
e.
Vostok
I buatan Uni Soviet yang dilucurkan pada tanggal 12 April 1961. Pesawat ini
adalah pesawat pertama berpenumpang manusia yaitu Yuri Gagarin. Setelah berada
108 menit di angkasa, pesawat ini mendarat di bumi dengan selamat.
2.
Penerbangan
Ke Bulan
a.
Penerbangan
ke bulan oleh Uni Soviet
Penerbangan ke bulan oleh Uni Soviet diawali dengan
mengirimkan Lunik I yang gagal karena jaraknya terlalu jauh dari bulan, tetapi
sempat memberi laporan pada tanggal 2 Januari 1959. Lunik II diluncurkan pada
tanggal 14 September 1959, pesawat ini mendarat di bulan namun terlalu keras
sehingga hancur. Lunik III diluncurkan pada 14 Oktober 1959, berhasil mengorbit
bulan serta melakukan pemotretan di bagian belakang bulan namun pesawat ini
terbakar habis di atmosfer. Februari 1966, pesawat Lunik 9 berhasil mendarat di
bulan dengan membawa robot yang diberi nama Lunokhod.
b.
Penerbangan
ke bulan oleh Amerika Serikat
Proyek mercury yang
dilanjutkan dengan proyek gemini dan Apollo adalah proyek Amerika Serikat
dengan sasaran bulan. Apolo XI diluncurkan pada tanggal 16 Juli 1969 dan
mendarat di bulan pada tanggal 20 Juni 1969 pukul 16.18 Eastern Daylight Time
(EDT). Neil Amstrong merupakan manusia pertama yang menginjakan kakinya ke
bulan. Sembilan belas menit kemudian, Edwin Aldrin menyusul. Sedangkan Michael
Collins tetap berada di modul komando yang tetap mengorbit di angkasa bulan.
Mereka menancapkan bendera Amerika Serikat dan memasang alat eksperimen gempa,
angin, matahari dan cermin laser. Pesawat terakhir adalah Apollo XVII yang
diluncurkan pada tanggal 7 Desember 1972 dan mendarat 11 Desember 1972 yang
merupakan pendaratan ke enam di bulan.
3.
Penerbangan
Ke Planet Lain
a.
Penerbangan
ke Planet Venus
Pesawat yang melakukan
penerbangan ke Planet Venus antara lain : marmer II(Agustus 1962), mariner
V(Oktober 1967), Venera 4-8(1967-1972), Pioneer(akhir 1978). Venera milik Uni
Soviet sedangkan lainnya milik Amerika Serikat.
b.
Penerbangan
ke Planet Mars
Pesawat yang melakukan
penerbangan ke Planet Mars antara lain : Mars V, Pesawat Mars VI(mendarat),
mariner VI dan VII(awal 1969), mariner IX, Viking(1976)-mendarat dan mengambil
sampel tanah/batuan, Mars observer(1993)-hilang di luar angkasa, Orbiter Mars
Surveyor(1998)
c.
Penerbangan
ke Planet Jupiter
Pesawat yang melakukan
penerbangan ke Planet Jupiter antara lain : Voyager II(diluncurkan 1976,
Januari 1986 melewati uranus, Agustus 1989 melewati Neptunus), Pioneer X(akhir
1973)
Demikianlah sekelumit upaya awal perintisan
penjelajahan antariksa. Setelah proyek-proyek antariksa yang bermuatan ilmiah
seperti mencari planet yang bisa dihuni, atau peluncuran satelit cuaca, bahkan
mata-mata, perjalanan antariksa mulai mengarah ke kegiatan yang sifatnya lebih
"santai", yakni perjalanan wisata.
Beberapa perusahaan penerbangan sudah melirik dan
mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan ini. Bahkan, Virgin Galactic, perusahaan
milik miliarder dan petualang Richard Branson sudah membuat jadwal terbang
perdana mereka.
C. Perkembangan
Penerbangan Antariksa di Indonesia
Indonesia belum pernah teribat secara langsung dalam exploitasi ruang
angkasa. Namun,Indonesia merupakan Negara yang cukup disegani karena
pengalamannya dalam mengeksploitasi teknologi keantariksaan. Indonesia telah
berhasil meluncurkan satelit buatan, diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Satelit
Palapa
Program satelit Palapa A dimulai saat Pemerintah Indonesia memberikan 2
kontrak terpisah pada Boeing Satellite Systems (dahulu dikenal dengan Hughes
Space and Communication Inc.) dari Amerika Serikat untuk menyediakan 2 satelit
(Palapa A1 dan A2), sebuah stasiun kontrol utama untuk kedua satelit tersebut
dan 9 stasiun bumi. Pembangunan 10 stasiun tersebut diselesaikan dalam waktu 17
bulan, salah satu yang tercepat bagi Boeing. Pada kontrak terpisah, dibangun
total 30 stasiun bumi lainnya untuk dioperasikan oleh Perumtel. Nama Palapa
sendiri dipilih oleh Presiden Suharto pada bulan Juli 1975.
a.
Satelit
Palapa A1
Nama indonesia mendunia setelah memiliki satelit
komunikasi domestik Palapa-A1 yang diorbitkan Juli 1976 oleh badan antariksa
amerika serikat (NASA) dari kennedy space center, florida. Peresmian
penggunaannya baru 17 agustus 1976, bertepatan HUT kemerdekaan RI ke-31.
Pilihan membeli satelit dianggap keputusan tepat saat itu karena indonesia
adalah negara kepulauan terpanjang di dunia dengan penduduk 130 juta jiwa
(terbesar kelima saat itu).
Palapa A1 diluncurkan dari Pad LC-17A tanjung
Canaveral, Amerika Serikat, pada tanggal 8 Juli 1976 dengan roket Delta 2914
dan menempati orbit GEO 83BT. Setelah memasuki masa operasional, 6 dari 12
transponder Palapa A1 digunakan untuk aplikasi telepon, sedangkan 1 lainnya
digunakan oleh Televisi Nasional dan 5 sisanya digunakan sebagai cadangan.
Satelit ini berhenti beroperasi pada bulan Juni 1985.
b.
Satelit
Palapa A2
Palapa A2 adalah satelit komunikasi milik Indonesia
dan dioperasikan oleh Perumtel. Palapa A2 diluncurkan pada tanggal 10 Maret 1977
dengan roket Delta 2914 dan beroperasi di orbit 77 BT sejak tanggal 11 Maret
1977 hingga bulan Januari 1988, 4 tahun melewati masa operasional yang
direncanakan.
c.
Satelit
Palapa B1
Palapa B1 ini adalah satelit pertama yang bertipe
HS-376 (Hughess 376) dan terbukti sukses beroperasi selama 7 tahun dari 18 Juni
1983 hingga tahun 1990. Satelit yang dioperasikan
oleh Perumtel ini beroperasi di jalur 108 BT.
d.
Satelit
Palapa C1
Satelit Palapa C1 adalah satelit komunikasi pertama
dalam generasi Palapa C yang dimiliki dan dioperasikan oleh PT. Satelit Palapa
Indonesia (Satelindo). Palapa C1 diproduksi oleh Hughes (Amerika Serikat, AS)
dan diluncurkan pada tanggal 31 Januari 1996 di Kennedy Space Center, Tanjung
Canaveral (LC-36B) AS, menggunakan roket Atlas 2AS. Satelit ini dimaksudkan
sebagai pengganti satelit Palapa B4 yang telah beroperasi selama 7 tahun. Namun
kemudian mengalami kegagalan pengisian baterai.
Palapa C1 lantas dinyatakan tidak dapat berfungsi
sesuai dengan misi yang direncanakan. Klaim asuransi segera dibayar, dan
satelit ini berpindah tangan ke pihak perusahaan asuransi. Pada Januari 1999,
kepemilikan satelit ini beralih ke Hughes Global Services, yang mengoperasikannya
dengan nama HGS 3.
Berikutnya, sebuah perusahaan yang berbasis di AS,
Kalitel, menyewa HGS 3 dari Hughes. Satelit ini kemudian dipindahkan ke orbit
barunya, di 50º BT (yang terdaftar sebagai slot orbit satelit milik Turki) pada
Desember 2000. Namanya pun berubah menjadi Anatolia 1.
e.
Satelit
Palapa D
Satelit Palapa D (kode internasional = 2009-046A) adalah
satelit komunikasi Indonesia yang dimiliki dan dioperasikan oleh PT. Indosat
Tbk dan diluncurkan pada tanggal 31 Agustus 2009 pukul 16:28 WIB di Xichang
Satellite Launch Center (XSLC) menggunakan roket Long March (Chang Zheng) 3B. Satelit
ini dibuat oleh Thales Alenia Space, Perancis, dan dimaksudkan sebagai
pengganti satelit Palapa C2 pada Orbit Geo Stasioner slot 113º BT yang telah
selesai masa operasionalnya pada tahun 2011.
2.
Satelit
Telkom-2
Telkom-2 adalah satelit yang diluncurkan Telkom dengan
menggunakan roket Ariane 5 dari Kourou di Guyana Perancis pada tanggal 16
November 2005.Cakupan satelit ini meliputi Asia Tenggara dan anak benua India.
Telkom-2 memiliki umur operasi selama 15 tahun dan
bernilai sekitar 170 juta dolar AS. Sekitar 70 persen kapasitas transponder
Telkom-2 akan disewakan kepada pihak luar.
Dari 30 persen kapasitas yang akan digunakan sendiri
oleh Telkom, satelit buatan Orbital Sciences Corporation ini diharapkan akan
mendukung sistem komunikasi transmisi backbone yang meliputi layanan
telekomunikasi sambungan langsung jarak jauh (SLJJ), sambungan langsung
internasional (SLI), internet, dan jaringan komunikasi untuk kepentingan
militer.
Satelit ini akan beredar di orbit 118° BT dengan
kapasitas 24 transponder C-band dan berbobot 1.975 kg. Daya jangkaunya mencapai
seluruh ASEAN, India dan Guam.
Telkom-2 telah beberapa kali mengalami penundaan
peluncuran, mulai dari November 2004, Januari 2005, April, Juni, September,
Oktober, dan November 2005. Peluncuran akhirnya jadi dilaksanakan pada 16
November 2005 pada pukul 20.46 waktu lokal di Kourou.
3.
Satelit
Inasat 1
INASAT-1 adalah Nano Hexagonal Satelit yang dibuat dan didesain sendiri
oleh Indonesia untuk pertama kalinya. INASAT-1 merupakan satelit metodologi
penginderaan untuk memotret cuaca buatan LAPAN.
Selain itu INASAT-1 adalah satelit Nano alias satelit yang menggunakan
komponen elektronik berukuran kecil, dengan berat sekitar 10-15 kg. Satelit itu
dirancang dengan misi untuk mengumpulkan data yang berhubungan erat dengan data
lingkungan (berupa fluks magnet didefinisikan sebagai muatan ilmiah) maupun
housekeeping yang digunakan untuk mempelajari dinamika gerak serta penampilan sistem
satelit.
Adapun satelit itu dirancang bersama oleh PT Dirgantara Indonesia dan
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), khususnya Pusat Teknologi
Elektronika (Pustek) Dirgantara. Berbekal nota kesepakatan antara LAPAN,
Dirgantara Indonesia, serta dukungan dana dari Riset Unggulan Kemandirian
Kedirgantaraan 2003, maka dimulailah rancangan satelit Nano dengan nama
Inasat-1 (Indonesia Nano Satelit-1).
Dari segi dinamika gerak akan diketahui melalui pemasangan sensor
gyrorate tiga sumbu, sehingga dalam perjalanannya akan diketahui bagaimana
perilaku geraknya. Penelitian dinamika gerak ini menjadi hal yang menarik untuk
satelit-satelit ukuran Nano yang terbang dengan ketinggian antara 600-800 km.
4.
Satelit
Lapan Tubsat
LAPAN-TUBSAT adalah sebuah satelit mikro yang dikembangkan Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) bekerja sama dengan Universitas
Teknik Berlin (Technische Universität Berlin; TU Berlin). Wahana ini dirancang
berdasarkan satelit lain bernama DLR-TUBSAT, namun juga menyertakan sensor
bintang yang baru. Satelit LAPAN-TUBSAT yang berbentuk kotak dengan berat 57
kilogram dan dimensi 45 x 45 x 27 sentimeter ini akan digunakan untuk melakukan
pemantauan langsung situasi di Bumi seperti kebakaran hutan, gunung berapi,
banjir, menyimpan dan meneruskan pesan komunikasi di wilayah Indonesia, serta
untuk misi komunikasi bergerak.
LAPAN-TUBSAT membawa sebuah kamera beresolusi tinggi dengan daya pisah 5
meter dan lebar sapuan 3,5 kilometer di permukaan Bumi pada ketinggian orbit
630 kilometer serta sebuah kamera resolusi rendah berdaya pisah 200 meter dan
lebar sapuan 81 kilometer.
Manuver attitude ini dilakukan dengan menggunakan attitude control
system yang terdiri atas 3 reaction wheel, 3 gyro, 2 sun sensor, 3 magnetic
coil dan sebuah star sensor untuk navigasi satelit. Komponen-komponen inilah
yang membedakannya dengan satelit mikro lain yang hanya mengandalkan sistem
stabilisasi semi pasif gradien gravitasi dan magneto torquer, sehingga
sensornya hanya mengarah vertikal ke bawah.
Sebagai satelit pengamatan, satelit ini dapat digunakan untuk melakukan
pemantauan langsung kebakaran hutan, gunung meletus, tanah longsor dan
kecelakaan kapal maupun pesawat. Tapi pengamatan banjir akan sulit dilakukan
karena kamera tidak bisa menembus awan tebal yang biasanya menyertai kejadian
banjir.
Fasilitas store dan forwardnya dapat digunakan untuk misi komunikasi
dari daerah rural yang cukup banyak di Indonesia, selain untuk misi komunikasi
data bergerak.
Karena catu dayanya terbatas (5 buah baterai NiH2 berkapasitas 12 Ah),
satelit dilengkapi mode operasi hibernasi. Saat mode itu diaktifkan, hanya
komponen data handling, unit telecommand dan telemetri yang tetap beroperasi
untuk memastikan perintah tetap dapat diterima dari stasiun bumi.
Proyek satelit mikro ini disetujui pada tahun 2003 dan awalnya
direncanakan akan diluncurkan pada Oktober 2005, namun peluncurannya ditunda
akibat muatan utama roket Carthosat-2 yang akan membawa LAPAN-TUBSAT —
LAPAN-TUBSAT adalah salah satu dari empat muatan roket tersebut — masih belum
selesai disempurnakan. LAPAN-TUBSAT akhirnya berhasil diluncurkan pada 10
Januari 2007 dari Pusat Antariksa Satish Dhawan di India.
5.
Satelit
Indostar 2
Indostar II atau Cakrawarta II adalah satelit yang diluncurkan oleh PT
Media Citra Indostar (MCI) yang mengelola dan mengoperasionalisasi satelit
Indovision. Satelit ini diluncurkan dengan menggunakan roket peluncur Proton
Breeze milik Rusia dan lepas landas melalui Baikonur Cosmodome di Kazahkstan.
Peluncuran satelit Indostar II ini telah berlangsung pada tanggal 16 Mei 2009.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penerbangan antariksa adalah penerbangan yang dilakukan hingga
ketinggian 100 km atau lebih yang meliputi eksplorasi fisik dari benda di luar Bumi dan meliputi bidang teknologi, ilmu
pengetahuan, dan politik yang berhubungan dengan luar angkasa. Saat ini
penerbangan antariksa digunakan untuk menempatkan satelit di tempat yang
dikehendaki, mereparasi satelit, membawa satelit ke bumi atau stasion angkasa,
sebagai alat transportasi ke stasiun luar angkasa atau ke bulan, pendaratan
suatu planet, penjelajahan antarplanet maupun antargalaksi.
Dalam seratus
tahun terakhir penerbangan manusia dan pesawat roket sudah mampu mengirim orang
ke bulan, menerbangkan robot penjelajah ke Mars, dan mengutus wahana teleskop
antariksa hingga ke tata surya dan membawa citra semesta lebih dekat lagi ke
mata kita.
Indonesia belum
terlibat secara langsung dalam eksploitasi ruang angkasa. Namun, Indonesia
merupakan Negara yang cukup disegani karena pengalamannya dalam mengeksploitasi
teknologi keantariksaan. Hal ini terbukti dengan berhasilnya Indonesia
meluncurkan satelit buatan.
B. SARAN
Kita harus menyadari pentingnya belajar tentang penerbangan antariksa
agar suatu saat Indonesia bisa mengembangkan teknologi keantariksaannya
sehingga bisa mengirim astronotnya ke luar angkasa.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Palapa_D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar